Kamis, 26 Januari 2012

Menikah lah denganku


Octavian.
Sudah sebulan gue merasakan sakit di perut gue. Luka tusuk adalah penyebab rasa sakit yang gue alami selama sebulan ini sehingga gue harus mendekam di kamar rumah sakit selama dua minggu. Luka tusuk yang gue nggak pernah tau disebabkan oleh siapa. Yang gue tau hanya Citra. Seorang perempuan yang setia datang untuk menjenguk gue sejak gue sadar dari pingsan. Dia temen satu kampus sama gue hanya beda jurusan.
“Hei, Vian! Ini buat kamu. Aku buatin special untuk kamu, lho.” Ucap seorang cewek yang makin hari makin perhatian sama gue. “Mau aku suapin?”
Gue menggeleng cepat, merasa risih karna perhatiannya yang begitu berlebihan. “Gue lagi nggak laper.” Jawab gue sekenanya.
Sebenernya bukan perhatian dari Citra yang gue harapkan, melainkan dari orang lain. Seseorang yang nggak bisa gue ingat dan sepertinya gue hanya bisa melihat bayangannya saja.
Gue memutuskan untuk beranjak dari hadapan Citra, tapi baru saja gue berbalik badan, suara barang jatuh langsung terdengar jelas di telinga gue. “Sorry.” Ucap gue tulus seraya membereskan buku yang berserakan di bawah kaki gue dan menyerahkan pada wanita yang sekarang ada di hadapannya.
“Thanks.” Ucapnya cepat dan segera pergi menjauh dari gue. Aneh, gue ngerasa tuh cewek sengaja menjauhi gue, tapi kenapa ada perasaan kangen yang tiba-tiba muncul di hatinya.
“Hei, tunggu!”Panggil gue seraya berjalan agak cepat, tapi semakin gue kejar, tuh cewek malah semakin cepat berjalan. “Hei! Auw!” Sial! Sakit banget, nih, perut. Gue tersungkur menahan rasa sakit yang masih terasa meski sudah sebulan berlalu.
“Vian!” Teriakan suara cewek samar-samar terdengar di telinga gue dan tiba-tiba saja seorang cewek sudah merangkul tubuh gue. “Kamu nggak apa-apa? Kamu bisa bangun?” Tanya dirinya dengan nada khawatir. Berbeda dengan perhatian dari Citra, perhatian dari cewek yang nggak gue tau namanya ini membuat gue merasa nyaman di dekatnya.
Gue berusaha mengukir senyum untuk menunjukkan kalau gue baik-baik aja. Ia mencoba membantu gue berdiri dan mengantar gue ke mobil.
Sudah 12jam waktu kejadian tadi siang telah lewat, tapi gue tetap nggak bisa negelupain bayangan tuh cewek. Juju raja, gue ngerasa kayaknya ada yang sengaja ngebuat gue lupa tentang suatu kejadian yang sangat penting. Gue negrasa ini semua ada hubungannya sama tuh cewek. Tapi apa?!! Gue mulai kesal dengan masalah yang gue sendiri nggak tau masalahnya itu apa.
Pagi kembali lagi dan gue mulai lagi dengan aktivitas gue sebagai mahasiswa. Bukan nilai atau mata kuliah yang mmbuat gue semangat hari ini datang ke kampus, melainkan, dia. Cewek yang nggak gue kenal, tapi sudah menempati hati gue.
Lagi-lagi gue bertemu dia di kantin, aneh melihatnya tidak makan melainkan mengutak-atik laptopnya dengan serius bahkan saat gue sudah berjarak 1 meter di sampingnya. “Menikahlah denganku.”Entah kenapa mulut gue melontarkan kata-kata yang nggak gue ngerti bahkan nggak mau gue ucapkan. Rasa malu gue semakin bertambah, ketika ternyata dirinya mendengar dengan jelas apa yang gue ucapkan. Tak ada kata diantara kami. Diam, membisu, seribu bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment