Kamis, 26 Januari 2012

Ini Bukan Judul Terakhir

"Jangan bergerak semuanya!!" Perintah seseorang dengan memakai topeng yang tiba-tiba saja masuk ke dalam Café. Sebuah pistol bertengger di tangannya, tak hanya dirinya kedua temannya mengacungkan sebuah pisau. Suasana romantic yang dibangun Octavian dengan caroline tiba-tiba berubah menjadi tegang. Salah satu dari mereka menghampiri Caroline, "Serahin semua harta lu!" Bentaknya sambil terus mengacungkan pisau . Caroline menyerahkan tas beserta isinya ke tangan si penjahat.
Tidak cukup dengan itu, Si penjahat melihat cincin yang ada di jari manis Caroline. "Serhin cincin itu juga!" Perintahnya.
Caroline menggeleng pelan. "Mau mati lu?!" Ancam si penjahat yang terus menodongan pisau dihadapan Caroline.
"Hei!! Jangan macem-macem sama dia!"Tantang Octavian.
"Ha, berisik lu!" Ujar si penjahat kesal dan menusukkan pisaunya di perut Octavian.
"Vian!!"Teriak Caroline histeris dan langsung menghampiri dan memegang tubuh Octavian. Suasana menjadi riuh seketika dan membuat si penjahat kabur dengan membawa hasil jarahannya.
"Viaan, bertahan! Aku bawa kamu ke rumah sakit! Tetep sadar,please." Mohon Caroline dengan air mata yang terurai. "Mas, tolong bantu saya bawa dia ke mobil, ya!" Pinta Caroline pada salah seorang waiter yang berdiri tak jauh darinya.
Setelah Octavian berhasil masuk ke dalam mobil, Caroline langsung melajukan mobilnya ke arah rumah sakit terdekat. Selama di perjalanan, Caroline tak henti-hentinya berbicara pada Octavian dengan air mata yang terus terurai. Sama dengan air mata Caroline yang tak berhenti terurai, perut Octavian juga tidak hentinya mengeluarkan darah.
"Hei, Carol! Bagaimana menjadi manusia, mengasikkan?" Tegur seseorang di belakangnya.
"Venus! Apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Carline tambah panic.
"Kamu lupa batas akhir tugasmu? Kamu sudah membuat laki-laki itu merasakan indahnya jatuh cinta yang sesungguhnya. Tugasmu telah selesai dan kamu bebas dari hukumanmu. Ayo, kembali!"
Caroline menggeleng. "Nggak, Venus. Tolong bantu dia untuk tetap hidup di dunia ini."
"Carol, kamu jatuh cinta pada manusia? Ck, ayo, kita harus cepat kembali!"
"Venus, bukankah sekarang aku ini sepertimu? Seorang malaikat? Berarti aku bisa menyelamatkannya. Iya, kan?" Desak Caroline.
"Tidak bisa, Carol. Hanya Dia yang dapat menyelamatkan." Ucap Venus menyerah, tapi ia tak tega melihat Caroline, "Baiklah aku akan membantumu, ia akan selamat, tapi kamu akan dihukum."
"Apapun hukumannya aku terima. Apa aku harus lebih lama tinggal di dunia ini? Aku bersedia menerimanya."
"Ya, waktu kamu akan bertambah di dunia ini dan saat dia sadar dia tidak akan mengingatmu." Ucapnya tegas.

Caroline terkejut dengan hukuman yang diberikan untuknya. Mana mungkin dia bisa lupa?Batinnya tak terima. "Baiklah." Venus mengangguk.
***
"Nona Caroline, saudara Octavian telah melewati masa kritisnya."
"Syukurlah, bisa aku menemuinya?" Tanya Caroline tenang dan dijawab dengan anggukan sang dokter.
Caroline menatap Octavian dengan tatapan hangatnya. "Ini bukan judul terakhir di hidup kamu. Kamu akan mengukir kisah yang baru dengan wanita yang akan kamu temui. Aku sayang kamu, Vian." Ucapnya seraya mengecup hangat kening lelaki yang telah berhasil mengisi hatinya.
Sesaat sebelum Caroline pergi ia menghubungi Citra dan menyuruhnya untuk datang ke rumah sakit dan menjaga Octavian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment