Sabtu, 14 Januari 2012

Kamu Manis , Kataku


Ketakutan Caroline akhirnya benar-benar terjadi. Hal yang sudah sebulan ini ia berusaha jauhi dengan harapan kehidupannya tak akan terganggu lagi. Semuanya berawal sejak kemarin siang, ketika Octavian yang tak tau apa-apa menyentuh tangannya dan membuat roh Caroline melayang sesaat ke masa depan.  Caroline yang diam-diam mampu melihat masa depan dan masa lalu seseorang sebenarnya telah berusaha menjaga jarak dengan siapa pun sehingga ia tak perlu melihat hal yang tak ingin ia lihat. Meskipun terkadang ia memang harus menggunakan kemampuannya untuk menjalankan tugasnya, tapi tidak sebagai manusia.
“Hai, Caroline! Gimana badan kamu sekarang? Udah enakan?” Tanya Octavian yang langsung menghadang Caroline di depan perpustakaan.
Caroline sempat terkejut dan menatap Octavian sesaat. Ia mengangguk dan kemudian berlalu pergi dari hadapan Octavian. Ia sengaja melangkah secepat mungkin, sejak awal ia merasa memang Octavianlah
“Hey!! Kamu kenapa? Kemarin apa kata dokter? Pasti kamu kelelahan, iya, kan?” Introgasi Octavian. Ia memang khawatir dengan Caroline. Membayangkan wajah Caroline yang pucat seperti kemarin saja, ia tak berani. Entah apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Mengejar-ngejar seorang perempuan yang dianggap aneh oleh seluruh mahasiswa di kampusnya.
Caroline menghentikan lagkahnya tiba-tiba. “Seperti yang kamu liat sekarang. Aku baik-baik aja, kan?!” Ujar Caroline dengan emosi tertahan. Ia memberanikan diri untuk memandang mata Octavian.  “Sebenernya, apa sih yang kamu mau dari aku. Masih banyak cewek yang lebih cantik dan pintar untuk kamu jadikan teman!”
“Aku mau jadi pacar kamu.” Jawab Octavian singkat.
Pacar? What? Batin Caroline. “Apa?” Tanya Caroline lagi yang ingin memastikan pendengarannya.
Octavian agak terlihat gusar, ada sedikit rasa sesal dalam dirinya. Bego banget sih, gue! Nggak bisa ngontol diri gini! Omelnya pada dirinya. “hmm.. Aku mau jadi pacar kamu.” Katanya lagi dengan nada yang kurang yakin. Inilah yang membuat Octavian penasaran, dirinya selalu merasa PD dan cool di depan setiap cewek yang ia temui, tapi tidak dengan Caroline. Ia merasa minder.
“Kamu pasti lagi sakit. Kamu nggak mungkin mau jadi pacar aku karna…” Ucapannya terhenti. Caroline menahan emosinnya agar ia tak membocorkan jati dirinya.
“Karna kamu apa?” Tanya Octavian menyelidik. “Aneh?” Tebak Octavian ragu.
Terlihat Caroline agak kesal dengan kata itu, tapi setidaknya kata itulah yang bisa menyelamatkan dirinya dari pertanyaan Octavian yang penasaran, “Iya,  karna aku cewek aneh seperti yang dikatakan semua mahasiswa di universitas ini. ” Ucap Caroline yang segera pergi dari hadapan Octavian dengan rasa kesal dan sedih.
“Caroline!!”Panggil Octavian.  Caroline tetap berjalan menjauh dari dirinya. Ck, apa-apaan sih gue, udah lepas kendali sekarang malah menyinggung perasaannya. Omelnya lagi dalam hati. “Padahal maksud gue, tuh cewek manis.” Gerutunya. Octavian memutuskan mengejar Caroline, ia harus meyakinkan Caroline kalau dirinya benar-benar serius tertarik pada Caroline.
“Eh, Lin, ke mana aja lu seharian?” Tanya Citra yang sedang asik menyantap soto mie.
“Di perpus, ada beberapa tugas yang harus gue kerjain.” Jawab Caroline.
“Caroline!”
“Ck!” Decak kesal Caroline. Suara Octavian mulai terekam di ingatan Caroline.
Benar saja Octavian menghampirinya setelah beberapa kali panggilannya diabaikan oleh Caroline. “Hei, hmm lagi sibuk?” Tanyanya ketika melihat seseorang bersama Caroline.
“Enggak!” Jawab Citra cepat dan disertai oleh tatapan kesal Caroline. “Gue ada urusan, Lin. Hhehe” Katanya sambil menujukkan cengirannya.
“Lin, aku minta maaf kalo kamu tersinggung sama omongan aku tadi. Aku tuh nggak bermaksud..”
“Udahlah, aku tau kok apa yang kalian pikirkan. It’s okay.” Katanya tetap cuek.
“Lin, kamu itu nggak aneh. Kamu hanya terlalu menutup diri dari semua orang. Kamu memasang tembok yang tebal agar mereka tidak mendekati kamu.” Caroline mulai jengah dengan tatapan dan perkataan lembut Octavian. “ Tapi, kamu manis, Lin.” Octavian diam sejenak, ia ingin yau apa respon yang akan diberikan Caroline.
“Aku cewek ke berapa yang denger kata-kata itu dari kamu?” Tanya Caroline sinis.
“Hahah.. Jangan sinis begitu. Aku baru pertama kali ketemu cewe yang seperti kamu.  Mungkin orang lain bilang kamu aneh, kutu buku dan semacamnya, tapi tidak denganku, kamu manis, kataku. Kamu manis saat kamu diam. Kamu manis saat kamu baca di perpustakaan. Kamu manis saat kamu makan nasi goreng di kantin ini dan kamu manis saat kamu menjauhi aku.” Kata Octavian akhirnya disertai senyumnya yang khas.
Sekeras apapun Caroline berusaha untuk tidak mendengarkan gombalan Octavian, suara lembut dan tulus itu mampu menyentuh hatinya. Carolne tersenyum simpul.

#3 #15HariNgeblogFF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment