Selasa, 17 Januari 2012

Ada Dia di Matamu


“Hei, Lin!” Sapa Citra.
Caroline tersenyum. Ia masih tidak tau apa yang harus dilakukannya di depan sahabatnya. Setelah ia mendengarkan pengakuan Citra pada Octavian.
“Eh, Lin, nanti temenin gue belanja, yuk? Lagi ada diskon, nih.” Ajaknya.
“Hmm.. lagi males, Cit. Ajak yang lain aja. Pasti lebih seru juga.” Tolak Caroline.
“Yaa.. Olin. Kalo lu nggak mau, gue jalan sama siapa?” Rengek Citra tanpa merasa bersalah. Ia memang tidak tau kalau Caroline sudah tau perasaannya pada Octavian.
“Sama Octavian aja.” Tembak Caroline yang ingin melihat reaksi Citra. Benar saja, reaksi Citra sama seperti dugaan Caroline.
Citra tampak gelisah. “Hm.. nggak. Buat apa ajak dia?”
Caroline menggedikkan bahunya. “Itu hanya saran.”
Citra terdiam begitu juga dengan Caroline. Jauh di lubuk hatinya Citra merasa bersalah, tapi ia juga tidak bisa terus-terusan berpura-pura senang jika Octavian mendekati Caroline. Hatinya begitu sakit ketika perhatian Octavian sepenuhnya hanya untuk Caroline. “Benar, hanya ada dia di matamu dan tidak ada kesempatan untuk melihat aku di sini.” Kata-kata itu keluar begitu saja sesaat ketika Octavian bersikeras memperjuangkan cintanya untuk Caroline.
“Lin, apa mungkin lu punya perasaan yang sama kayak perasaan Octavian ke lu?” Tanya Citra memberanikan diri.
ideologihati.blogspot.com
Caroline menatap Citra sejenak. “Kamu tau jawabannya.” Jawabnya singkat.
“Lin, apa yang kamu rasain saat Octavian datang menemuimu?” Tanyana lagi tak menyerah.
“Biasa saja.” Jawabnya dengan pandangan yang tak lepas dari laptopnya.
“Apa yang kamu rasain kalo Octavian jalan sama perempuan lain?”
Caroline mulai jengan dengan perkataan yang dilontarkan kepadanya. “Ada apa dengan kamu? Pertanyaan kamu aneh sekali.”
“Li, kamu tau kan kalo Octavian tuh suka banget sama lu, tapi kenapa lu membohongi diri lu sendiri?”
“Citra..”
“Kamu sebenarnya juga sudah mulai suka dengannya, tapi kamu takut kalau kamu akan kecewa. Iya, kan?” Desak Citra. “Dia serius sama kamu, Lin.”
“Citra!” Bentak Caroline akhirnya. “Apa yang sedang kamu pikirkan?! Kamu seakan-akan ingin menolongku dengan mencomblangkan aku dengan Octavian, tapi sebenarnya kamu memaksaku untuk bersamanya agar ia tak kecewa. Padahal hatimu sendiri juga sedih melihat aku dengannya. Kamu yang membohongi dirimu sendiri. Jelas-jelas aku melihat hanya ada dia di matamu. Bukan sahabatmu. Bukan aku.”
Caroline pergi dan meninggalkan Citra yang menunduk sedih. Caroline tau ia agak keterlaluan, tapi ia tidak bisa melihat sahabatnya meyesal dan merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Seperti dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment