Kamis, 26 Januari 2012

Sah!

“Ya, benar. Malaikat juga memiliki rasa cinta. Cinta yang kekal bukan cinta sementara yang kamu rasakan untuk pria itu.”


Caroline.
Sedih ngeliat dia masih terbaring lemas di atas tempat tidur. Meskipun begitu aku tetap tidak bisa berada di dekatnya dan inilah yang membuat aku semakin sedih. Citra. Aku memutuskan untu menghubungi Citra supaya ia bisa menjaga Octavian seperti ia menjaga dirinya sendiri.
Sebulan telah berlalu dan aku merasa senang akhirnya aku bisa melihatnya kembali ke kampus. Meskipun sekarang sudah ada Citra di sampingnya. Aku cukup senang melihat dirinya terlihat baik-baik saja. Ada sedikit rasa cemburu menyelimuti hati, tapi lagi-lagi aku harus sadar. Aku dengan Octavian tidak mungkin bisa bersatu.
“Huu, segitu sedihnya? Kamu beneran suka sama manusia itu?” Pertanyaan Venus yang tiba-tiba membuat aku terlonjak kaget. Venus adalah malaikat senior. Ia yang slama ini membantuku dalam segala kesulitanku.
“Aku kira tidak salah seorang manusia memiliki rasa cinta.” Ucapku.
“Terserahlah. Kamu memang tidak pernah mengerti apa yang aku rasakan.” Keluhku sedikit kesal.
“Ya, bagaimana lagi. Aku juga tidak mau mengerti dengan urusan manusia yang rumit, serumit benang yang tidak ada ujungnya.” Balasnya. Aku hanya mendengus kesal. “Oh, ya, cinta mengalahkan apa itu perbedaan dan cinta yang terbalas akan melepaskan semuanya.” Ucapnya lagi dan menghilang begitu saja dengan teka-teki yang membuatku sedikit bingung.
Ku duduk di bangku kantin seperti biasanya dengan ditemani laptop kesayanganku. Bukan tugas yang ku kerjakan, melainkan ribuan kata yang sebenarnya ingin aku ucapkan untuknya.
“Menikahlah denganku.” Dua kata yang membuat duniaku terasa berhenti. Aku menoleh ke samping dan ku lihat Octavian tengah berdiri dengan wajah yang sama bingungnya dengan aku.
Aku terdiam dan begitu juga dirinya. Apa kata-katanya sungguh-sungguh?Batinku mengharapkan.
“Maaf, aku tidak tau kenapa kata-kata itu keluar dari mulutku. Aku hanya merasa kita pernah saling mengenal dan saling dekat, tetapi aku tidak bisa mengingat kamu. Aku tau kamu pasti menganggapku aneh tapi..”
Cinta mengalahkan apa itu perbedaan dan cinta yang terbalas akan melepaskan semuanya. Terngiang teka-teki yang diberikan Venus tadi malam. Apakah Octavian mengingatku dan hukuman ku sudah lepas?
“Kamu nggak aneh. Apa kamu tau namaku?”
“Hmm… Au!” Pekiknya kesakitan, ia memegangi kepalanya.
“Kamu nggak apa-apa?” Tanyaku khawatir. “Vian?” Panggilku.
“Aku nggak apa-apa, Caroline. Cewek aneh nan manis dari jurusan psikologi.” Ucapnya lembut. Aku tersenyum dan ia memelukku. “Bodohnya aku, kenapa aku bisa melupakan kamu?!!” Omelnya pada diri sendiri dan aku tertawa kecil. “Oh, ya, bagaimana dengan permintaanku dan apa jawabanmu?” Desaknya.
“Aku tidak..”
“Hai, Carol!”Seru Venus yang lagi tiba-tiba muncul diantara aku dan Octavian. “Maaf, menganggu saudara-saudara. Aku hanya menginformasikan kalau kamu, Carol, telah sah sebagai malaikat yang menjadi manusia dengan kurun waktu yang tidak bisa ditentukaan saat ini. Untuk hukumanmu, kamu telah bebas!” Seru Venus dan membuatk memeluknya gemas.
“Terima kasih Venus!!” Teriakku kegirangan. Pandanganku beralih ke Octavian yang terus memasang senyum manisnya. Ia tak sedikit pun ingin bertanya, meskipun melihat keanehan dari kata-kata Venus. “Vian..”
“Aku senang menikah dan hidup berdampingan dengan seorang malaikat.” Katanya singkat dan begitu berarti bagiku. Kali ini aku yang memeluknya dan dibalas olehnya dengan erat.
“Tapi, bagaimana dengan Citra?”
“Aku rela melihat Octavian bersamamu, Lin.” Ucap Citra yang lagi-lagi tiba-tiba muncul. Aku pun merangkul Citra.
“Mulai sekarang kalian telah sah sebagai tunangan! Aku harap cepatlah menikah dan Carol kamu harus tetap mengundangku!” Ucap Venus dank u balas dengan senyuman hangat. Kami pun berpelukan layaknya Teletubbies.