Selasa, 13 Desember 2011

Sendiri

when i can't nothing anything
Gelapnya langit malam
menghalangi bintang-bintang
menutupi rembulan
       Setitik sinar bintang telah sirna
       Seberkas cahaya rembulan telah lenyap
Hampa..
Tak ada lagi yang mempedulikannya
Tak ada lagi yang menatapnya

       Setetes demi setetes ia menjatuhkan butiran air
       Menangisi dirinya
       Deru guntur menyuarakan teriakannya
       Hembusan angin menyuarakan hatinya yang sunyi

Kini ia terus menangis, berteriak dan memberi tau isi hatinya
Tapi.. tak ada yang berubah
tak ada yang berbeda
tetap sendiri.. dan hampa

Sabtu, 03 Desember 2011

Drama Natal GEPKIN THB 2011

Arti sebuah Pengorbanan
Babak 1
(Pemeran Bapak tampil di atas panggung sedang menyapu)
Narator: Seorang Bapak yang suadah agak tua terlihat sedang menyapu halaman sebuah sekolah. Tak ada yang mengira kalau si bapak adalah seorang tuna rungu. Kekurangannya inilah yang membuat si bapak tidak berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Akan tetapi, ketekunan dan kesabaran yang ia miliki membuatnya dipercaya banyak orang. Salah satunya adalah kepala sekolah di mana ia bekerja sekarang sehingga ia diizinkan untu menyekolahkan anaknya dengan biaya yang dapat ia jangkau.
(Tutup Tirai)
Babak 2
Tirai di buka,
Temen 1: Guys!! Pengumuman, nih! Gue mau ngundang kalian buat datang di acara birthday party gue minggu depan. Party nya gue adain di hotel yang paling terkenal di Jakarta. So, siapapun pasti tau tempatnya.
Teman-teman: Yeeeeey!!!(Bersorak)
Temen 1: Tapi…. (kelas hening) Gue nggak mau ada yang dateng ke party gue dengan baju yang compang-camping ataupun style yang norak. Kalo sampe ada salah satu dari kalian yang dateng nggak sesuai dengan dresscode yang berlaku, gue jamin lu nggak akan bisa masuk.
Teman-teman: Yoiiii!! (Bersorak)
Teman 1 keluar panggung dan Mita memasuki panggung)
Temen 2: (Menghampiri Mita) Eh, Mit, lu ikut ke pestanya Teman 1, nggak ?
Mita: Hmm.. gue aja baru tau kalo dia ngadain pesta, emangnya acaranya kapan?
Temen 3: Eh, Temen 3, ngapain lu ngajakin si Mita. Lu nggak denger tadi sih Temen 1 ngmng apa? Siapapun yang dateng harus pake baju yang sesuai dress code. Gue nggak yakin deh, nih anak tukang sapu punya dress yang sesuai sama pestanya Temen 1. Lagi pula lu tau sendiri kan, bapaknya itu bisu. Mana punya waktu dia buat ikut pesta.
Temen 2: Oh, iya! Ya, udah, Ta, yang sabar aja, ya. Berdoa aja sebelum acara pestanya dimulai seorang peri datang ke rumah lu trus ngerubah lu jadi Cinderella.
Temen 3: Tapi sayangnya ini dunia nyata bukan nya dunia dongeng. Jadi, terima aja, nasib lu!
(Temen 2 dan temen 3 tertawa mengejek sambil keluar panggung)
Babak 3
(Suasana Rumah Mita)
Naratator: Mita dan bapaknya baru saja pulang ke rumah. Mita yang terlihat lelah langsung duduk di bangku, sedangkan sang bapak pergi ke dapur mengambil minum untuk mereka berdua.
Bapak: (menggunakan bahasa isyarat) Bagaimana tadi di sekolah/
Mita: Biasa saja. (meneguk air minum dan diam sebentar) Pak, Mita minta uang!
Bapak: Untuk apa?
Mita: Mita mau beli baju buat ke pesta ulang tahunnya temen Mita.
Bapak: (Mengeluarkan uang 20rb-an)
Mita: Dua Puluh Ribu???!!! Bapak, Mita itu mau beli baju pesta bukan kaos oblong. Nggak cukup uang segini. Mita minta lebih!
Bapak: Bapak tidak punya uang lagi.
Mita: Ck, pokoknya lusa, Mita minta uang lima ratus ribu! (Mita pergi meninggalkan bapaknya sendirian)
Tirai ditutup
Babak 4
Narator : Hari masih pagi, bapak Mita sudah ada di sekolahan dan mulai melakukan pekerjaannya sebagai tukang sapu.
Mita: (menghampiri bapaknya) Pak, mana uang lima ratus ribunya?!!
Bapak: Bapak belum memiliki uang sebanyak itu.
Mita: Bapak gimana sih? Kan Mita udah bilang sama bapak, kalo Mita butuh uang lima ratus ribu buat beli baju pesta!
Bapak: Tapi saat ini bapak belum memiliki uang sebanyak itu.
Tak jauh dari pemeran Mita, Teman 2 dan Teman 3 mengejek Mita.
Teman 2: Kasihan, ya, Mita. Dari seluruh murid angkatan kita, Cuma dia yang nggak ikut ke pestanya si Temen 1.
Temen 3: Yah, mau gimna lagi? Dia kan nggak punya dress yang mahal kayak kita-kita. Lagi pula, salah dianya sendiri dong nggak nyadar diri. Udah tau dia nggak selevel sama kita, tapi dia mau sok-sok an ngikutin gaya kita.
Mita: Tuh, Pak! Bapak denger sendiri kan, Pak? Mita bakalan terus jadi bahan ejekan kalau Mita nggak bisa dateng ke pesta itu.  Bapak nggak kasihan liat Mita jadi bahan ejekan terus-menerus?? Mita malu, Pak! (Menghempaskan sapu yang dipegang bapaknya dan keluar panggung).
Bapak: (Menghampiri Teman satu dan teman 2) Jangan jauhi dan ejek Mita. Dia anak yang baik.
Temen 3: Duh, Bapak ngomong apa, sih? Kita nggak ngerti.(Keluar panggung)
Tutup tirai
Babak 5:
Mita bingung mencari ide (di rumah)
Mita : (mondar-mandir) duh gimana caranya , ya biar gue bisa datang ke pestanya si teman 1 (mita mengobrak-abrik kamar bapaknnya) aha! Katanya ngga punya uang , ini dianggep apaan ? Dasar pelit (tirai tutup)
Babak 6:
{Suasana pesta , tirai di buka)
Teman 2 : Happy birthday ya , Temen 1 (cipika cipiki)
Temen 1 : Thanks ya
Mita : ( Dateng dengan baju barunya yang bagus dan mahal.)
Temen 3,Temen 2,Temen 1 : Mita?
Mita : Hai . Temen 1, happy birthday ya ! (memberikan kado)
Temen 1: Thanks ya
Temen 2: Oke , guys! Time to party !!
Teman-Teman : (bersorak)
 (Tirai tutup)
Narator : Pesta birthday temen 1 berlangsung sangat meriah. Sekita pk. 2 dini hari, mita pulang bersama temannya dalam keadaan mabuk. Di tengah perjalanan, mobil yang ditumpangi Mitamengalami kecelakaan yang cukup parah. Polisi yang menangani peristiwa tersebut langsung menghubungi keluarga korban, tak terkecuali bapaknya Mita yang anaknya juga menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Bapak Mita sangat terkejut dan langsung pergi menuju rumah sakit ketika mendengar berita kalau anaknya mengalami kecelakaan.
Babak 7
Di rumah sakit dan tirai di buka setengah
Bapak: (Berjalan dari belakang menuju panggung dengan tergesa-gesa dan menghampiri suster yang sudah berdiri di panggung) Bagaimana keadaan anak saya?
Suster: Maaf, Pak, saya tidak mengerti maksud bapak. Bapak mencari siapa?
Bapak: (Mengeluarkan secarik kertas dan menulis sesuatu) Saya mencari anak saya yang bernama Mita. Usianya 17 tahu. Dia baru saja dibawa ke UGD karena kecelakaan.
Suster: Oh, tunggu sebentar ya , Pak. Saya panggilkan dokter yang menanganinya terlebih dahulu.
Tirai dibuka penuh
Suster: Bapak, ini orang tuanya Mita.
Bapak: (Menulis dikertas) Bagaimana keadaan anak saya?
Dokter: Anak bapak sudah melewati masa kritisnya. Sekarang kondisinya juga sudah mulai membaik. Tapi, maaf, Pak. Ada pecahan kaca yang mengenai mata anak bapaK dan pecahan itu akan menyebabkan Mita tidak bisa melihat lagi.
Bapak: Tidak mungkin, Dok. Anak saya tidak boleh buta. Berikan saja mata saya padanya, Dok!
Dokter: Maaf, Pak. Memang Mita bisa mendapatkan donor mata, tetapi si pendonor tidak boleh mereka yang masih hidup.  Bapak bisa mencarinya di rumah donor. Meskipun kecil kemungkinan Bapak mendapatkan pendonor, tapi berdoalah, Pak.
Tutup tirai
Narator: Tanpa menunggu waktu yang lama, Bapak Mita segera mencari pendonor mata di rumah sakit sekitar Jakarta. Akan tetapi hingga malam hari, dirinya tetap tak bia menemukan pendonor karena terhalang oleh biaya. Akhirnya pun ia mendaftarkan diri sebagai pendonor mata untuk ia berikan kepada anaknya. Tapi seperti yang dokter katakana, seorang pendonor mata haruslah mereka yang sudah tidak bernyawa dan bersedia mendonorkan anggota tubuhnya. Karena kasihnya kepada anaknya, Mita. Bapak Mita diketahui tewas akibat overdosis dan di leher tergantung tanda pengenal kalau ia merupakan salah satu pendonor mata untuk Mita.
Babak 8
Tirai dibuka
Mita: (Terduduk lemas dengan surat-surat dari Bapaknya)
Narrator yang adalah suara bapak Mita: Mita, anak bapak. Tau kah kamu bapak sangat bangga punya anak spertimu. Kamu cantik baik, serta pintar. Kamu seperti seorang gadis remaja yang sempurna. Maaf kan bapak karena kekurangan bapak. Bapak tau pasti kamu sangat malu punya ayah seperti bapak. Bapak hanya lah seorang yang bisu dan bekerja sebagai tukang sapu. Tak ada yang dapat kamu banggakan dari bapak. Maaf bapak berbohong padamu. Bapak bilang bapak tidak punya uang untuk membelikan baju pesta. Bapak hanya berfikir untuk masa depan kamu. Bapak sengaja mengumpulkan uang untuk biaya kuliah kamu nanti setelah lulus SMA. Bapak tau kamu mengambil uang simpanan bapak, bapak tidak marah. Bapak hanya sedih kenapa kamu tidak minta izin pada Bapak. Maaf bapak harus meninggalkan km. Bapak hnya ingin km tetap sempurna tanpa cacat sedikit pun, makanya bapak memberikan mata bapak untukmu. Jadilah gadis yang baik dan bertumbuhlah menjadi wanita yang bijak. Ingatlah, selalu berpegang teguh dan berharap pada Tuhan semasa kehidupanmu.
Mita: (menangis) Mita juga sayang bapak. Maafkan Mita, Pak.
Narator: Penyesalan selalu datang terlambat. Saat penyesalan itu datang tak ada yang bisa diubah. Sekalipun membangkitkan orang yang sudah mati. Pengorbanan seorang orang tua yang sayang kepada anaknya tak dapat dibatasi oleh apapun sekalipun maut. Kasih sayang bapak Mita membuat Mita merubah kehidupannya. Setelah ayahnya meninggal, Mita menjadi anak yang lebih tekun dan giat lagi, ia ta lagi malu kalau ia memiliki ayah yang bisu. \
Tirai perlahan ditutup