Rabu, 22 Februari 2012

Kalau Odol Lagi Jatuh Cinta


“Udah mau pulang?” Tanya Octavian ketika melihat Caroline beranjak pergi meninggalkan kelasnya.
“Iya, kenapa?”
“Abis pulang kuliah mau kemana?”
“Ke rumah.” Jawabnya cepat.
“Berarti nggak ada acara lagi, kan?” Tanya Octavian gregetean.
Caroline menggeleng, “Ada apa, sih emangnya?”
“Aku pengen ajak kamu makan. Heheh..” Katanya sambil meringis. “Mau, ya?”
“Aku tadi udah makan, masih kenyang.”
“Makan lagi, biar gemuk. Ya? Ya?” Paksanya.
Caroline menggeleng, “Kayak kamu nanti masih suka aja sama aku, kalo aku gemuk.” Sindir Caroline.
“Pastilah. Cowok mana yang nolak cewek semanis kamu.” Gombalnya.
“Iih, dasar odol! Aku nggak gemuk aja nggak ada yang mau deketin aku, apalagi kalo aku gemuk.” Katanya sambil tertawa renyah.
“Aku! Octavian!”
“Kamu cowok aneh.” Gumamnya.
Tak percuma wajah Octavian yang lucu karna mampu meluluhkan Caroline sehingga si cewek aneh yang selama ini sulit diajak nge-date bisa diajak pergi ke sebuah café.
“Kamu mau pesen apa?” Tanya Octavian seraya memperhatikan buku menu yang diberikan oleh seorang waiter.
“hmm… Aku nggak makan, ah. Masih kenyang, beneran deh. Kamu ajah yang makan, aku temenin kamu. Ya?”
Octavian memberi isyarat seperti ‘tidak bisa’ dengan jari telunjuknya. “Mba, saya pesan spaghetti black pepper, satu. Spaghetti with meet ball, satu. Chessee burger, dua, yang deluxe, ya! Teruuss, pizzanya yang original satu. Minumnya orange juice dua, ya!” Pesannya membabi buta dan membuat Caroline protes.
“Kamu makan banyak banget? Aku nggak mau makan lho, ya!” Ancam Caroline dan kali ini Octavian yang tidak menanggapi kata-kata Caroline.
“Udah, mbak! Jangan pake lama, ya!” Pesannya lagi.
5 menit… dua orange juice datang. Caroline mulai menyeruput sedikit minuman yang di sajikan di depannya. 10 menit kemudian satu persatu pesanan Octavian mulai berdatangan. Octavian mulai menyantap makanan yang tersaji dan lagi-lagi Caroline mengikuti kemauan Octavin untuk membanu menghabiskan makanannya.
30 menit kemudian, Octavian berhenti menyantap Chessee burger yang masih tersisa setengah di hadapannya, “Lin, aku kenyang. Kamu aja yang abisin. Hehhe” Katanya.
“Nggak, ah. Mana bisa aku makan sebanyak ini.” Katanya sambil menatap spaghetti, burger dan pizza yang masih tersisa.
“Tapi sayang kalo nggak dimakan. Aku udah pesen banyak gini.” Katanya masih berusaha membujuk Caroline.
“Siapa yang suruh kamu pesen makanan sebanyak ini?? Dasar odol! Makan Cuma berdua, tapi pesennya kayak buat satu RT.” Omel Caroline.
“Abisnya aku kan laper banget tadi.”
“Hahaha.. iih, kamu tuh ya, bener-bener si odol! Kan yang laper kamu doang, tapi kamu pesen makanan kayak perut kamu segede gentong.” Katanya lagi sambil tertawa renyah.
“Ya, ini lah, si odol. Kalo odol lagi jatuh cinta semuanya pengen dibeli apalagi buat pacarnya.” Belanya tak mau kalah.
“Alibi aja.” Gumam Caroline sambil terus mentertawai Octavian yang berusaha menghabiskan makanannya.

Lirik lagu ost. City hunter (it's alright)

OH! It’s alright
Jeo haneuri wemyeonhaedo neomaneul jikkilkke
OH! It’s alright
OH! It’s alright
Dugeun daeneun nae shimjangeun
Neol hyanghae never stop!
OH! It’s alright
Nae sangcheoreul kkeureo aneun
Neon naege ever love
OH! It’s alright
Summakhil deut biyeolhan
Georineun kkok crazy world
Seulpeummani gadeukhae
Ne onsain On and Off
Gaseumsoge nameungeon
Neoe daehan memory
Weo eo eo
All my love for you (weo eo eo)
Weo eo eo
All my heart for you (weo eo eo)
Weo eo eo
All my life for you (weo eo eo)
Weo eo eo
I will never cry
Weo~ Weo~
OH! It’s alright
Dugeun daeneun nae shimjangeun
Neol hyanghae never stop!
OH! It’s alright
Geu nugudo neol daeshinhal
Sarameun eopneun geol
OH! It’s alright
Jeo haneuri wemyeonhaedo
Neomaneul jikkilkke
OH! It’s alright
Sesangeun so dangerous
Ssaneulhaejin gashibat
Nunmulmani goyeowa
Nae hyeonshireun up and down
Gyeondyeo naego inneun geon
Niga yeogi itgie
Weo eo eo
All my love for you (weo eo eo)
Weo eo eo
All my heart for you (weo eo eo)
Weo eo eo
All my life for you (weo eo eo)
Weo eo eo
I will never cry
Weo~ Weo~
OH! It’s alright
Dugeun daeneun nae shimjangeun
Neol hyanghae never stop!
OH! It’s alright
Geu nugudo neol daeshinhal
Sarameun eopneun geol
OH! It’s alright
Jeo haneuri wemyeonhaedo
Neomaneul jikkilkke
OH! It’s alright
OH! It’s alright
Dugeun daeneun nae shimjangeun
Neol hyanghae never stop!
OH! It’s alright
Nae sangcheoreul kkeureo aneun
Neon naege ever love
OH! It’s alright!

Rabu, 15 Februari 2012

Impian Penulis

Menulis. Menyusun kata per kata sehingga menjadi sebuah kalimat yang mudah di baca. Menyusun satu kalimat dengan kalimat lainnya sehingga menjadi sebuah paragraf yang menarik dibaca. Menyusun satu paragraf dengan paragraf lainnya sehingga ada keterkaitan dan menjadi cerita yang menarik dan mudah dimengerti oleh pembaca.

Ada yang bilang menulis itu bukanlah sebuah bakat, tetapi kebiasaan dan kemauan setiap orang. Gue nggak menyalahkan pendapat seperti itu, setiap orang punya pendapat sendiri-sndiri, kan? Tapi, kalau gue, prinsipnya sama kayak seseorang yang memiliki kecerdasan otak. Mungkin kita sering berpikir, 'wah, jelas dia pinter, nyokap bokapnya juga pinter.' Ini lah yang sering kita katakan 'cerdas dari lahir'. But, nggak jarang juga kan kita nemuin orang cerdas karna banyak mengikuti les aau bimbel di luar jam sekolahnya dan ini lah yang sering dikatakan dengan 'cerdas karna rajin'.
Liat deh, nggak sama kok kayak penulis. Gue yakin beberpa dari mereka memang udah bakat menulis, tapi nggak sedikit juga dari mereka menjadi penulis dari pembelajaran ataupun kerajinan dn kemauan mereka.
nggak ada yang salah dengan kedua prinsip ini, yang berbeda adalah tujuan kita menulis.

gue pribadi menulis sejak.. hmm.. kelas 6 SD kalau nggak salah, awalnya gue hanya iseng menulis tentang dongeng di komputer. Kenapa gue bisa nulis dongeng? Simple, gue itu suka banget nonton film-film anak, macam cinderella, snow white, thumbelina, thinker bell dan masih banyak lagi. Beberapa tulisan gue bercerita tentang kerajaan, tapi sayang harus terhapus karna gue harus mengganti komputer. Hebatnya juga, gue nggak ngerasa sedih ataupun kecewa karna tulisan gue hilang begitu aja.
Mulai SMP, gue mulai menulis di sebuah buku tulis kosong dan jadilah satu buku bacaan yang cukup sering gue baca. Selesai dengan buku tulis kecil, gue menulis di buku tulis yang cukup besar (campus), ternyata ceritanya nggak cukup satu melainkan dua buku. Buku yang gue tulis dengan pemeran utamanya adalah gue dn cowok yang gue suka (pakai nama samaran).
Diary. Awalnya gue pikir diary gue nggak ada artinya karna hanya berisi tulisan tentang aktivitas gue, tapi sekarang gue bangga bisa punya enam ragam buku diary, mulai dari yang kecil, tipis, tebal, hingga yang cukup besar.
Gue pun nggak menyangka kalau tulisan gue ternyata bisa cukup diterima oleh orang lain. Berkat guru bahasa Indonesia gue yang memberikan tugas silsilah keluarga, gue pun mendapat pujian darinya. (Makasih bu Sri -.-v)
Mulai dari situ, orang tua gue, khususnya bokap sangat amat mendorong gue untuk menulis.

Bagi gue menulis bukanlah sebuah keharusan, tapi hobi. Saat gue menganggap menulis itu adalah pekerjaan dan keharusan, gue akan terasa berat menjalaninya. Tapi saat gue menganggap menulis itu sebagai hobi, gue akan dengan mudahnya menuliskan setiap kisah yang ingin gue ceritakan.


I love writing. That's a simple thing to expression my feel the unsayable.