Senin, 16 Januari 2012

Jadilah milikku, mau?


Octavian terus memandangi Caroline yang sedang mengetik tugas-tugasnya. Jarak mereka tak begitu jauh, tapi Caroline tidak menyadari kehadiran Octavian. Dulu, cukup melihat kamu aja itu udah cukup buat aku. Tapi, kenapa sekarang berubah? Kenapa melihat kamu saja tidak cukup bagiku?Batin Octavian meratapi perasaannya yang  tak terkendalikan.
“Dududuhh… asik bener sih ngeliatinnya!” Suara Citra membuyarkan lamunannya. “Lu beneran suka sama Olin?” Tanya Citra yang ikut memandangi Caroline. 
Octavian menoleh, menatap Citra sesaat. “Hmm.. Entah.”
“Olin itu tertutup. Jarang ada cowok yang mau deket-deket sama dia karna mereka aneh. Padahal mereka tidak pernah tau apa yang dialami olin selama ini. Gue rasa siapapun nggak bisa setegar dia.  Terlalu rumit untuk bisa diselesaikan. Terkadang Olin lah yang menjauh dari pergaulan, dari kumpulan para cowok-cowok keren.”
Octavian tersenyum simpul. “Aneh, tapi manis. Misterius dan entahlah, sepertinya ada yang mendorong gue buat mendapatkan hatinya.”
“Cinta tidak memilliki alasan karna ketika alasan itu hilang, cinta itu juga akan hilang.”
“Maksudmu?” Tanya Hexi bingung.
“Kamu hanya penasaran pada sikap Olin. Olin yang misterius. Olin yang aneh. Kamu hanya ingin tau kenapa Olin begitu misterius dan ketika kamu sudah mendapatkan alasan itu kamu akan meninggalkannya.” Ujar Citra seraya menatap Octavian lekat-lekat.
Octavian mengangguk-anggukan kepalanya, “Mungkin.” Jawabnya.
“Vian, Olin tidak mungkin bisa menerimamu dan kamu tidak mungkin bisa menerimanya. Aku piker akan lebih baik kalau kamu menghentikan semua usahamu.”
Kali ini Octavian menggeleng, “Aku pikir, tidak bisa. Aku sudah mencobanya, tetapi semakin aku menjauhinya, semakin aku menginginkan dia menjadi milikku.” Octavian meenghela nafas. “ Tidak ada perempuan yang sepertinya, begitu unik dan begitu berbeda.”
“Bagaimana denganku? Aku sudah menyukaimu sejak SMA dan kamu tau itu. Aku mau menjadi milikmu, aku lebih baik darinya. Jadilah milikku, mau?” Citra mentap Octavian lekat-lekat ia berharap ada kesempatan untuknya di hati cowok yang di kenalnya sejak pertama kali bertemu di bangku SMA.
Octavian mengerutkan keningnya. Ia tak habis pkir dengan apa yang dilakukan Citra. Bukankah Citra sahabat terdekat Caroline?
Deg… Caroline terlonjak kaget meski tak ia tunjukkan. Ia tak mengira Citra akan melakukan dan mengatakan semua itu pada Octavian. Bukan masalah perasaannya melainkan pandangannya tentang dirinya selama ini. Ia benar-benar bingung, apakah ia harus marah, mengalah atau menanggapi perasaan Octavian padanya. Perasaan yang sebenarnya tak pernah ia inginkan hadir di dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment