Jumat, 13 April 2012

Maaf, aku sibuk!

"Surat apa ini?!" Tanya Setio yang terdengar seperti teriakan pada Dirgan, anaknya. Kertas yang sedari tadi berada ditangannya, dihempaskannya ke atas meja. "Kamu ini, mau sampai kapan kamu bertingkah seperti ini terus?" Dirgan tetap menutup mulutnya. Ujung bibirnya masih terasa perih karna perkelahiannya dengan Dewa musuh bebuyutannya tadi siang.
Setio melepas kacamatanya dan duduk di kursi kerjanya. Terdengar hembusan nafas dari hidungnya. "Papa sedang sibuk. Kamu urus saja masalah ini sendiri."Putusnya dan Dirgan tak perlu diminta untuk pergi dari ruangannya itu.
Dirgan membanting sekeras mungkin pintu kamarnya. Ia tidak peduli apakah pintu itu akan rusak dan ia harus dimarahi oleh ayahnya. "Sial!" Umpatnya. Setidaknya ia bersyukur karna besok ia tak perlu susa-susah untuk bangun pagi dan pergi ke sekolah.
Sekolahnya meminta orang tuanya untuk datang ke sekolah, sekedar memberikan penyuluhan, akan tetapi jika tidak bisa dipenuhi, dirinya harus menjalani skors selama satu minggu.
Dirgan tidak peduli dengan kehidupannya. Tidak dengan ayahnya. Tidak juga dengan teman-teman sekolahnya. Apalagi dengan sahabat-sahabatnya yang ia tahu mereka mendekati dirinya karana uang yang bisa ia keluarkan dengan mudah hanya untuk clubbing ataupun makan di restoran elit.
"Ampas!" Umpat Dirgan lagi. Ia mengambil netbooknya dan mulai mengkoneksikannya dengan internet.
Tuiiiing... Alarm di netbooknya berbunyi. Ada satu teman chatting yang mengajaknya ngobrol ternyata.
Daendalion?Batinnya dalam hati. Ia tak mengenal satu temannya ini dan memutuskan untuk tidak memperdulikannya. Namun, beberapa saat kemudian alarmnya berbunyi lagi dan ia melihat nama daendalion berwarna merah.


PLANE:
Hi, ever meet before?"

Sedetik kemudian...
DAENDALION:
No, but i know u.
Dirgan hampir mati kesal karna teman chattingnya yang aneh ini. Ia berniat mematikan internetnya, tapi sebuah pesan muncul di layar komputernya.
DAENDALION:
Please, i want to help you. Don't turn off your connection. You can tell me i f you need someone to hear you
Dirgan memang belum percaya seratus persen dengan orang yang sedang berniat membantunya sekarang, tapi tak ada salahnya jika cerita.Pikirnya dalam hati. Terbesit beberapa pertanyaan untuk teman barunya itu.
PLANE:
Where you know me? Do you one of my school friends?
DAENDALION:
hmm.. i cann't talk to you. sorry..
PLANE:
Why? Are you pranking me?
DAENDALION:
No.. i'm really not. i just want to be I just want to be where you talk without you know who I am.
Dirgan terdiam sesaat dan melontarkan beberapa pertanyaan melalui tulisannya. Tak perlu menunggu waktu yang lama Dirgan bisa dengan akrabnya bercerita dengan teman barunya. Ia menceritakan banyak hal tentang kehidupannya. Ia bahkan tak malu menceritakan kenakalannya di sekolah dan yang membuat dirinya semangat bercerita, teman barunya itu sangat antusias menanggapi cerita yang dilontarkan Dirgan. Tak urung juga beberapa nasihat diberikan untuk dirinya dan entah kenapa Dirgan benar-benar menuruti perkataan teman barunya itu.
Waktu yang semakin larut pun tidak membuat Dirgan berhenti menatap layar netbook-nya. Sampai di sebuah pembicaraan Dirgan mulai merasa teman bicara ingin berbicara serius.
DAENDALION:
How's your feel with your father?
PLANE:
I hate him. He never having time for his family. he always said 'maaf aku sibuk'. i hate him!
DAENDALION:
Forget him. he definitely very sad see you like this
PLANE:
I don't know. maybe if tomorrow he is took the time to me, I can forgive him HAHAHA
Tak lama pembicaraan mereka pun terputus karna Daendalion tidak membalas pembicaraan Dirgan. Dirgan pun memutuskan untuk beranjak tidur meskipun seharusnya ia tak perlu memusingkan waktu tidurnya karna selama seminggu ke depan ia akan libur. Diliburkan lebih tepatnya Batinnya meratapi nasibnya.
Pagi hari yang cerah dan sangat pas untuk Dirgan tetap terlelap dibalik selimutnya yang hangat. Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti itu. Papanya yang semalam bersikeras untuk mempedulikan anaknya malah membangunkan Dirgan untuk berangkat ke sekolah. Bukan hanya itu yang membuat Dirgan ternganga heran, Papanya juga mau menemui wali kelasnya di sekolah.
"Tapi, anak saya tidak salah, Pak! Anak laki-laki itu yag jelas-jelas menyerempetkan mobilnya pada mobil anak saya." Bela sang papa untuk Dirgan. Dirgan yang dibela mentah-mentah oleh papanya hanya terduduk heran. Ia masih tak habis pikir, obat apa yang diminum papanya hingga mau repot-repot membangunkannya ke sekolah dan membela dirinya di depan wali kelasnya.
"Tetap saja, Pak. Ini sudah kebijakan dari sekolah. Anak bapak tetap di skors selama 3 hari, sedangkan Dewa yang tidak bisa membawa orang tuanya akan di skors selama satu minggu."
Ujar Pak Dwi.
Dirgan pun keluar ruangan bersama sang papa dan Dewa.
"Oh, ya, Dirgan. Ikut papa sebentar." Setio membawa anaknya ke dalam mobil dan melajukan mobilnya keluar sekolahan.
"Pa, Dirgan minta maaf." Ucap Dirgan akhirnya.
Setio hanya menoleh sepintas dan meninju bahu anaknya pelan. "Ternyata Dirgan si jagoan sekolah bisa minta maaf juga." Ucap Setio seraya tertawa kecil.
Dirgan yang masih bingung dengan sifat papanya yang berubah 180 derajat dalam semalam hanya tersenyum simpul.
Tak beberapa lama suara ponsel Setio membahana di dalam mobil, memecah keheningan. 
"Halo..oh, ya.. hari ini saya tidak ke kantor. Tolong batalkan semua janji-janji saya dan pindahkan pada hari lain."
Dirgan yang kaget dengan perintah yang terlontar dari mulut Setio sempat melotot pada papanya.
"iya, maaf, aku sibuk..." Setio menatap putra semata wayang sekilas dan tersenyum. "aku sedang sibuk dengan anakku." Dan Setio memutuskan sambungan dengan sekretarisnya.
"Papa?"
"Kenapa? Ada yang salah? Hahaha.. Sudahlah, seharian ini kita mau ke mana?"
"Seharian?" Tanya Dirgan.
"Jika hari ini papa mengajakmu ke suatu tempat, kamu akan memaafkan papa bukan?" Tanya Setio dengan misterius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

thanks for your comment