“Eh, Don, Pak Agus manggil lu tuh!” Seru Sheryl.
“Ah, bohong lu, Sher!” Jawab Doni yang sudah tau akal-akalan Sheryl.
“Ya, udah kalau nggak percaya!” Jawab Sheryl ketus dan membuat Doni ragu kalau Sheryl membohongi dirinya. “Kalau lu bener dipanggil Pak Agus, trus lu nggak nyamperin dia, jangan salahin gue kalau nilai lu dikurangin, ya!” Ucap Sheryl lagi dan berhasil meyakinkan Doni. “Yes!” Gumamnya sesaat setelah Doni keluar kelas.
“Dasar miss usil!” Celetuk Ardi teman sebangku Sheryl.
Sheryl hanya meringis dan tidak menanggapi serius julukan yang diberikan Ardi padanya. Sheryl kembali berkutat dengan smartphonenya. “Eh, kamu udah belajar, belum? Ada ulangan matematika, lho?” Tanya Sherly pada Ardi.
Sheryl tersenyum simpul. Matanya tak lepas dari layar smartphone yang di opegangnya. “Kamu ini, kamu kan remed matpel peluang. Lupa?”
Ardi tampak menerawang, “oh, ya? Hahaha… maaf, ya, sayang. Kamu nggak ikut remed?” Tanya Ardi.
“Nggak dong. Begini-begini otakku encer.” Jawab Seryl dengan gayanya yang rada senga. Ardi hanya tertawa dan mencubit lembut pipi Sheryl.
Yap! Meskipun sifat usilnya sering membuat kesal orang lain, Sheryl merupakan cewek remaja yang supel dan tak pandang bulu dalam berteman (juga dalam hal menjahili). Tak hanya itu, perawakannya yang terbilang cantik meskipun tidak memiliki tubuh bak model, mampu membuat siswa laki-laki di sekolahnya berharap menjadi pacarnya. Mungkin Ardi adalah salah seorang cowok yang beruntung. Bukan hanya ia menjadi pacarnya Sheryl, tapi karna hubungannya itu Ardi terlepas dari keusilan Sheryl.
“Sheryl!!!” Seru Doni dari luar kelas.
“Tuh, korban kamu!” Tunjuk Ardi dan Sheryl hanya tertawa cekikikan.
“Itu anak lucu abis sumpah! Udah sering aku kerjain, tapi tetep aja percy sama kata-kata aku.” Kata Sheryl di sela-sela tawanya.
“Sheryl, asli lu sih bener-bener usil, ya!” Omel Doni yang baru masuk ke dalam kelas.
“Hahahha….”Tawa Sheryl pecah.
“Sheryl!” Kali ini bukan suara seruang Doni ataupun Ardi, melainkan suara Pak Agus. Guru killer yang menjadi kambing hitamnya. “Tidak teratur!” Omel Pak Agus dan ruangan menjadi hening. Sheryl pun yang tadinya tertawa puas cepat-cepat membungkam mulutnya dan duduk di bangkunya.
“Saya sangat kecewa dengan hasil try out kalian. Kalian itu selalu bersikap santai, padahal kalian tidak tau kalau nilai-nilai try out kalian hancur.” Celoteh Pak Agus. “Saya akan lebih sering memberikan kuis dadakan untuk kalian dan saya harap dengan kuis yang saya adakan membuat kalian terlatih dengan soal-soal.”
“Huuuuuu!!!” Sorak seisi kelas yang tidak terima dengan keputusan Pak Agus yang seenaknya.
“Tenang!!!!” Seru Pak Agus yang lagi-lagi langsung membuat heing seisi ruangan. “Sheryl, coba kamu kerjakan soal yang ada di buku ini, di papan tulis!” Perintah Pak Agus.
Sheryl memang sempat mendengus kesal, tapi ia tetap melangkahkan kakinya ke depan kelas. Ardi tersenyum, ia tau cewek usilnya itu tidak akan mengalah begitu saja.
“Soal yang mana, Pak?” Tanya Sheryl agak malas.
“Yang saya batasi dengan kertas.”
“Yang mana, Pak?” Tanya Sheryl lagi.
“Kamu ini!” Keluh Pak Agus kesal. “Ini halaman 20!”
“Ini yang peluang, Pak?”
“Iya.”
“Saya bagian a atau b, Pak?” Tanya Sheryl terus menerus dengan tampang yang bener-bener innoncent.
“A!” Jawab Pak Agus dengan emosi yang tertahan.
“Oke, Pak!” Kata Sheryl akhirnya yang membuat Pak Agus menghela nafas. “Ini harus pakai cara panjang, Pak? Boleh pakai cara yang pendek, kan, Pak?” Tanya Sheryl lagi dan benar-benar membuat Pak Agus murka.
Tiba-tiba suara alarm mobil berbunyi cukup nyaring tepat sebelum Pak Agus memarahi Sheryl. Secepat kilat Pak Agus keluar dari kelas. Suasana riuh langsung memenuhi kelas. Sheryl kembali ke tempat duduknya dengan langkai santai.
“Hebat lo, Sher!” Seru Doni yang senang karna Sheryl membuat kuis dadakan dari Pak Agus dibatalkan.
Sheryl hanya mengangkat jempolnya.
“Jangan terus-terusan mempermainkan orang lain. Mereka juga bisa kesal dan jengah, lho!”
“Hahahha… Ardi, salah mereka dong yang gampang tertipu. Aku kan hanya menguji iq mereka.”
“Pengumuman untuk seluruh siswa kelas tiga! Sekali lagi pengumuman untuk anak kelas tiga! Kalian dipersilakan pulang dikarenakan ada rapat dadakan mengenai hasil try out kalian! Kecuali untuk siswi yang berada di kelas 12 ipa 1 bernama Sheryl Octaviane. Sheryl ditunggu di ruang guru.”
Sheryl hanya bisa mematung. Tak hanya dirinya, teman-teman sekelasnya pun saling berbisik, bertanya-tanya alasan dewan guru memanggil Sheryl.
“Mungkin karna kejahilnnya.” Kata salah satu temannya.
“Nggak mungkin, kalau memang karna keusilannya, kenapa nggak dari dulu? Ini pasti karna nilainya.” Bisik yang lain.
Sheryl pun bangkit berdi dan cepat-cepat melangkahkan kakinya ke luar kelas.
Tok tok tok…
“Permisi, Pak, Bu!” Sapa Sheryl saat memasuki ruang guru.
“Iya, silakan duduk Sher.”
“Ada apa, ya, Bu?”
“Saya sangat kecewa dengan hasil UAS kamu. Bukan hanya itu, akhir-akhir ini saya sering sekali mendengar keluhan baik dari murid maupun guru-guru yang menjadi korban keusilan kamu. Saya bisa memahami dengan kelakuan kamu yang satu ini, tapi jika kamu menyeimbanginya dengan sisi positif dari diri kamu.” Jelas Bu Anggata , wali kelas Sheryl. “Coba kamu lihat ini!” Unjuk Bu Anggata seraya menyerahkan rekap nilai di hadapan Sheryl.
Sheryl terus mematung memandangi nilai-nilai UAS-nya. Nilai apa ini? Kenapa semua nilai gue merah!?Tanyanya dalam hati. Ia tau Bu Anggata tidak mungkin berbohong padanya, tapi ia juga tidak percaya kalau nilai-nilainya seburuk ini.
“Saya memang kecewa, tapi saya tau kamu pasti bisa. Sekarang kamu bisa melihat peringkatmu di papan pengumuman.” Ujar Bu Anggata.
Kaki Sheryl benar-benar lemas. Nilainya merupakan kebanggaan terbesar yang ia miliki. Ia pun memaksa kakinya melangkah keluar ruang guru. Sheryl memberanikan diri memandang papan pengumuman yang berada tepat di depan ruang guru.
APRIL MOB!! Selamat Sheryl Octaviane kamu mendapat peringkat pertama diantara seluruh murid di angkatanmu! Begitu kata-kata yang tertulis di selembar kertas yang tertempel di papan pengumuman.
“Apa-apaan ini?!” Gumam Sheryl yang masih bingung.
“HAPPY FOOLSH DAY, SHERYL!!!” Seru siswa-siswi yang seangkatan dengan Sheryl, tak luput juga Ardi.
Sheryl menoleh ke belakng, sumber suara seruan itu. Ia tak menyangka dirinya dikerjai habis-habisan sampai menagis oleh satu sekolahnya. Tak urung senyum manisnya juga mengembang.
“April Mob, Sayang!” Ucap Ardi yang menghampiri Sheryl.
“Kamu berani, ya, ngerjain aku?” Rajuk Sheryl.
“Lho, aku nggak ikutan apa-apa, tau. Lagi kamu, sih, buat anak-anak kesel.” Bela Ardi.
“Tapi, kan kamu tau rencana ini. Aku tuh udah takut banget ta, nggak!”
“Hahahah…” Derai tawa dan canda dari teman-teman Sheryl membuat dirinya kembali mengukir senyum Entah senyum karna malu atau menyesal. Tapi yang pasti, ia tidak akan berhenti mengusili teman-temannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for your comment