"Sabar." Jawabnya.
"sekarang kita dimana?" Tanyaku dengan tangan menjulur ke depan.
"Tenang saja. Aku mau memberimu kejutan." Kata Alex yang terus menutup mataku dengan kedua telapak tangannya.
http://imageshack.us/photo/my-images/502/bungajq1.jpg/ |
"Kamu nggak kuliah?" Tanyaku saat mendapati dirinya sedang berdiri bersandar pada jazznya.
Ia menggelengkan kepalanya. "Hari ini aku libur." Jawabnya singkat dan ia mengajakku ke tempat ini.
Tempat yang tidak aku tahu dimana letaknya karna sejak dari kampus mataku tertutup oleh saputangan milik Alex.
Alex yang aku kenal selama ini memang tidak begitu romantis. Hanya pada hari-hari tertentu ia akan melakukan hal-hal yang menurutku aneh , tapi terlihat 'so sweet'. Tidak heran kalau hari ini ia menyiapkan sesuatu yang spesial untukku.
"Kenapa jauh banget, sih?" Keluhku kesal. Udara yang ku hirup sangat sejuk, apa dia membawaku ke puncak? Batinku menebak.
"Lex.. kepalaku mulai pusing." Kataku yang berpura-pura sakit. Alex tau aku mudah tepar karna sakit dan ia pasti akan langsung panik jika ku bilang kepalaku pusing. Biasanya sih, seperti itu.
"Tweeny.. Kamu mau di hari spesial kita, aku bawa kamu ke rumah sakit dan meminta dokter untuk membiarkan kamu dirawat di rumah sakit?" Katanya terdengar seperti ancaman dan dirinya tau aku berbohong.
"Aleexx.."Rengekku.
Tak berapa lama langkah Alex terhenti. "Sudah sampai." Katanya. "Kamu siap?" Tanyanya lagi.
Aku mengangguk pelan. Jujur saja aku sudah merasa jengah dan bosan karna dibawa oleh Alex dengan mata tertutup. Aku benar-benar merasa mual.
Alex mulai menjauhkan tangannya dari mataku. Aku membuka kedua mataku perlahan, membiarkan kedua bola mataku beradaptasi dengan cahaya yang masuk. Pandangan yang awalnya buram, mulai terlihat jelas di mataku. "Alex!!" Pekikku melihat kejuatan yang disiapkan Alex.
Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling tempat kami berdiri. Bagaimana Alex bisa menemukan tempat ini? Padang rumput yang sempurna. Sangat sempurna dengan bunga-bunga bakung yang tumbuh dengan warna-warna yang cantik. Tidak hanya itu, ada seekor kuda. Bukan seekor melainkan ada dua ekor. Satu lagi yang membuatku terus berdecak kagum. Sebuah rumah panggung yang berukuran tidak terlalu besar, tapi atapnya sangat menarik buatku. Di sana tertulis dengan papan 'TWEENY&ALEX'S HOUSE'.
"Bagaimana kalau..."
"Aku mau masuk ke rumah itu!" Seruku sebelum Alex menyelesaikan kalimatnya. Ia tersenyum manis dan mempersilakan diriku untuk berjalan terlebih dahulu.
Aku menaiki beberapa anak tangga sampai aku tiba di depan pintu rumah panggung milik aku dan Alex.
"Kenapa tidak dibuka?" Tanya Alex karna melihatku hanya berdiam diri di depan pintu.
"Aku.. hmm Kapan kamu buat ini semua? Bagaimana kamu bisa menemukan tempat sebagus ini? Bagaimana kamu bisa menyembunyikan ini semua dari aku?" Tanyaku akhirnya.
"Bukan aku, tapi kamu. Aku membuat ini semua karna kamu. Aku menemukan ini karna kamu dan aku menyembunyikan ini karna kamu. Karna kamu terus membuat aku jatuh cinta sama kamu." Ucapnya gombal namun tetap terdengar manis di telingaku.
"Kalau kamu memberikan ini semua padaku, jadi, apa dong yang bisa aku lakukan buat kamu?" Tanyaku yang benar-benar merasa minder pada dirinya.
"Sudahlah, masuk dulu. Kamu belum lihat kejutan yang lainnya, kan?"
Aku membuka perlahan pintu yang kupandangi cukup lama. Benar saja, Alex masih menyiapkan kejutan buat aku. Tidak ada barang elektronik mahal, tidak ada furniture yang mahal, tapi pernak-pernik di dalam rumah sangat membuatku ternganga. Alex benar-benar membuat rumah ini seperti rumah kami berdua. Foto-foto kami berdua terpajang cantik di dinding dan meja dengan pigura bercorak. Sebuah meja makan dan sepasang kursi kayu juga telah bertengger di pojok ruangan dengan hidangan yang siap disantap oleh kami berdua.
"Alex!" Ucapku seraya memeluk tubuhnya yang atletis. Aku memang tidak tau lagi apa yang harus aku katakan untuk berterima kasih pada dirinya.
"Kamu nangis?" Tanya Alex yang melihat airmata keluar dari ujung mataku.
Aku menggeleng cepat dan tersenyum padanya. "Aku hanya belum pernah diperlakukan seperti ini."
Alex mengusap lembut rambutku. "Jadi, apa dong balasan untukku?" Tanya Alex yang sedikit membuatku terkejut. Alex benar aku harus membalas semua ini, tapi bagaimana? Aku tidak sekaya Alex.
"Aku..."
"Hahahaha..." Tiba-tiba tawa Alex pecah dan aku makin bingung menjawab pertanyaan Alex. "Tweeny...Tweeny.. Kamu itu masih sama seperti setahun lalu, ya? Polos dan lucu." Katanya disela-sela tawanya. "Aku tidak memintamu membalas semua yang aku lakukan dengan uang atau semacamnya. Aku hanya ingin kamu tetap di sini." Katanya seraya menunjuk dadanya. "Kamu tetap ada di hati dan sisiku. Itu saja sudah lebih dari cukup untukku. Tetap tersenyum untukku. Tetap membangunkan aku di pagi hari melalui telpon dan tetap mengucapkan selamat beristirahat di malam hari." Ucapnya manis.
Aku kembali memeluknya dengan erat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for your comment