Menulis. Menyusun kata per kata sehingga menjadi sebuah kalimat yang mudah di baca. Menyusun satu kalimat dengan kalimat lainnya sehingga menjadi sebuah paragraf yang menarik dibaca. Menyusun satu paragraf dengan paragraf lainnya sehingga ada keterkaitan dan menjadi cerita yang menarik dan mudah dimengerti oleh pembaca.
Ada yang bilang menulis itu bukanlah sebuah bakat, tetapi kebiasaan dan kemauan setiap orang. Gue nggak menyalahkan pendapat seperti itu, setiap orang punya pendapat sendiri-sndiri, kan? Tapi, kalau gue, prinsipnya sama kayak seseorang yang memiliki kecerdasan otak. Mungkin kita sering berpikir, 'wah, jelas dia pinter, nyokap bokapnya juga pinter.' Ini lah yang sering kita katakan 'cerdas dari lahir'. But, nggak jarang juga kan kita nemuin orang cerdas karna banyak mengikuti les aau bimbel di luar jam sekolahnya dan ini lah yang sering dikatakan dengan 'cerdas karna rajin'.
Liat deh, nggak sama kok kayak penulis. Gue yakin beberpa dari mereka memang udah bakat menulis, tapi nggak sedikit juga dari mereka menjadi penulis dari pembelajaran ataupun kerajinan dn kemauan mereka.
nggak ada yang salah dengan kedua prinsip ini, yang berbeda adalah tujuan kita menulis.
gue pribadi menulis sejak.. hmm.. kelas 6 SD kalau nggak salah, awalnya gue hanya iseng menulis tentang dongeng di komputer. Kenapa gue bisa nulis dongeng? Simple, gue itu suka banget nonton film-film anak, macam cinderella, snow white, thumbelina, thinker bell dan masih banyak lagi. Beberapa tulisan gue bercerita tentang kerajaan, tapi sayang harus terhapus karna gue harus mengganti komputer. Hebatnya juga, gue nggak ngerasa sedih ataupun kecewa karna tulisan gue hilang begitu aja.
Mulai SMP, gue mulai menulis di sebuah buku tulis kosong dan jadilah satu buku bacaan yang cukup sering gue baca. Selesai dengan buku tulis kecil, gue menulis di buku tulis yang cukup besar (campus), ternyata ceritanya nggak cukup satu melainkan dua buku. Buku yang gue tulis dengan pemeran utamanya adalah gue dn cowok yang gue suka (pakai nama samaran).
Diary. Awalnya gue pikir diary gue nggak ada artinya karna hanya berisi tulisan tentang aktivitas gue, tapi sekarang gue bangga bisa punya enam ragam buku diary, mulai dari yang kecil, tipis, tebal, hingga yang cukup besar.
Gue pun nggak menyangka kalau tulisan gue ternyata bisa cukup diterima oleh orang lain. Berkat guru bahasa Indonesia gue yang memberikan tugas silsilah keluarga, gue pun mendapat pujian darinya. (Makasih bu Sri -.-v)
Mulai dari situ, orang tua gue, khususnya bokap sangat amat mendorong gue untuk menulis.
Bagi gue menulis bukanlah sebuah keharusan, tapi hobi. Saat gue menganggap menulis itu adalah pekerjaan dan keharusan, gue akan terasa berat menjalaninya. Tapi saat gue menganggap menulis itu sebagai hobi, gue akan dengan mudahnya menuliskan setiap kisah yang ingin gue ceritakan.
I love writing. That's a simple thing to expression my feel the unsayable.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for your comment