“Udah mau pulang?” Tanya Octavian ketika melihat Caroline beranjak pergi meninggalkan kelasnya.
“Iya, kenapa?”
“Abis pulang kuliah mau kemana?”
“Ke rumah.” Jawabnya cepat.
“Berarti nggak ada acara lagi, kan?” Tanya Octavian gregetean.
Caroline menggeleng, “Ada apa, sih emangnya?”
“Aku pengen ajak kamu makan. Heheh..” Katanya sambil meringis. “Mau, ya?”
“Aku tadi udah makan, masih kenyang.”
“Makan lagi, biar gemuk. Ya? Ya?” Paksanya.
Caroline menggeleng, “Kayak kamu nanti masih suka aja sama aku, kalo aku gemuk.” Sindir Caroline.
“Pastilah. Cowok mana yang nolak cewek semanis kamu.” Gombalnya.
“Iih, dasar odol! Aku nggak gemuk aja nggak ada yang mau deketin aku, apalagi kalo aku gemuk.” Katanya sambil tertawa renyah.
“Aku! Octavian!”
“Kamu cowok aneh.” Gumamnya.
Tak percuma wajah Octavian yang lucu karna mampu meluluhkan Caroline sehingga si cewek aneh yang selama ini sulit diajak nge-date bisa diajak pergi ke sebuah café.
“Kamu mau pesen apa?” Tanya Octavian seraya memperhatikan buku menu yang diberikan oleh seorang waiter.
“hmm… Aku nggak makan, ah. Masih kenyang, beneran deh. Kamu ajah yang makan, aku temenin kamu. Ya?”
Octavian memberi isyarat seperti ‘tidak bisa’ dengan jari telunjuknya. “Mba, saya pesan spaghetti black pepper, satu. Spaghetti with meet ball, satu. Chessee burger, dua, yang deluxe, ya! Teruuss, pizzanya yang original satu. Minumnya orange juice dua, ya!” Pesannya membabi buta dan membuat Caroline protes.
“Kamu makan banyak banget? Aku nggak mau makan lho, ya!” Ancam Caroline dan kali ini Octavian yang tidak menanggapi kata-kata Caroline.
“Udah, mbak! Jangan pake lama, ya!” Pesannya lagi.
5 menit… dua orange juice datang. Caroline mulai menyeruput sedikit minuman yang di sajikan di depannya. 10 menit kemudian satu persatu pesanan Octavian mulai berdatangan. Octavian mulai menyantap makanan yang tersaji dan lagi-lagi Caroline mengikuti kemauan Octavin untuk membanu menghabiskan makanannya.
30 menit kemudian, Octavian berhenti menyantap Chessee burger yang masih tersisa setengah di hadapannya, “Lin, aku kenyang. Kamu aja yang abisin. Hehhe” Katanya.
“Nggak, ah. Mana bisa aku makan sebanyak ini.” Katanya sambil menatap spaghetti, burger dan pizza yang masih tersisa.
“Tapi sayang kalo nggak dimakan. Aku udah pesen banyak gini.” Katanya masih berusaha membujuk Caroline.
“Siapa yang suruh kamu pesen makanan sebanyak ini?? Dasar odol! Makan Cuma berdua, tapi pesennya kayak buat satu RT.” Omel Caroline.
“Abisnya aku kan laper banget tadi.”
“Hahaha.. iih, kamu tuh ya, bener-bener si odol! Kan yang laper kamu doang, tapi kamu pesen makanan kayak perut kamu segede gentong.” Katanya lagi sambil tertawa renyah.
“Ya, ini lah, si odol. Kalo odol lagi jatuh cinta semuanya pengen dibeli apalagi buat pacarnya.” Belanya tak mau kalah.
“Alibi aja.” Gumam Caroline sambil terus mentertawai Octavian yang berusaha menghabiskan makanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for your comment