“Ini!” Kata seorang cowok yang muncul tiba-tiba di samping Caroline seraya menyerahkan secarik kertas.
Caroline yang terkejut dan bingung hanya mengambil kertas yang masih dipegang oleh si cowok. Kartu ujian gue. Batin Caroline. “Hm.. Makasih.” Jawabnya singkat dan kemudian pergi meninggalkan si cowok yang masih berdiri di tempatnya.
Caroline mulai membuka lembaran buku tebal yang baru ia pinjam dari perpustakaan. Mengenali Karakter Seseorang. Caroline memang sedang menjalani pendididikan psikologinya di sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
“Anak Psikologi, ya?” Kata seseorang yang duduk di hadapannya.
Caroline lagi-lagi terkejut melihat seorang pria yang ia temui seusai ujian. “He-eh.” Jawab Caroline singkat dan secepat mungkin menutup buku tebalnya dan beranjak pergi, tapi kali ini si cowok lebih sigap memegang tangan Caroline. “Ck.” Decak Caroline yang terdengar kesal akhirnya mampu membuat si cowok melepaskan Caroline yang pergi dan meningalkan dia lagi.
Caroline berjalan menuju kantin. Hari sudah menjelang sore, jam digital di tangannya telah menunjukkan angka 4:00. Rasa lapar yang dari tadi ia tahan akhirnya bisa diatasinya. Ia memesan nasi goreng favoritnya dengan segelas jus jeruk. Menu favoritnya. Buku tebal yang ia baca di kelasnya kembali ia keluarkan dan mulai membacanya lagi.
“Masa di kantin aja, masih mikirin masalah kuliah sih? Nggak bosen?” Celetuk sebuah suara. Kali ini Caroline tidak terkejut dengan sososk pria yang ada di hadapannya. Ia malah tidak menanggapi perkataan si cowok. “Lagi mau ada kuis, ya?” Tanya si cowok yang masih berjuang membuat Caroline bersuara. Sayang, Carolline tetap bergeming, diam seribu bahasa.
Caroline memasangkan earphone di telinganya dan menyambungkannya ke ponselnya. Alunan lagu di ponselnya mulai ia nyalakan dengan volume yang cukup keras sehingga ia tidak mendengar apa yang dibicarakan oleh cowok yang masih berceloteh di hadapannya. Caroline sempat tersenyum simpul ketika samar-samar ia melihat wajah si cowok yang mulai kesal dengan sikapnya, tapi ia tetep tidak peduli. Ia memperhatikan tingkah si cowok selanjutnya, tentu saja tidak terang-terangan ia menunjukan perhatiannya.
Si cowok yang mulai kesal mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai menekan 12 digit angka. Ponsel yang sedikit ikut menjadi korban kemarahannya kini sudah tertempel di telingannya.
Caroline sempat bertanya-tanya dalam hatinya. Siapa yang sedang di telpon cowok ini. Apakah temannya? Atau kekasihnya?
Alunan lagu yang sedang didengar Caroline tiba-tiba terhenti. Telpon? Nomor siapa nih? Batinya bertanya.
“Halo?”Jawabnya.
“Halo, boleh aku tau namamu?” Jawab si penelpon dan kali ini Caroline terkejut karna yang menelponnya adalah cowok yang sedang duduk di hadapannya.
Caroline mendelik kesal dan menutup telponnya.
“Hei, aku cuma ingin tau siapa namamu. Kenalkan aku Octavian.” Ujar si cowok yang akhirnya berbicara agak sedikit keras.
“Aku Caroline.” Jawab Caroline singkat dan branjak dari tempat duduknya.
“Tunggu, apa kita bisa berteman?” Tanya Octavian yang ikut bangkit bediri.
“Kamu yang akan menjawab pertanyaan mu.” Jawab Caroline singkat dan meninggalkan si cowok –yang namanya sudah diketahui, Octavian- duduk kembali di bangku kantin dengan perasaan yang tak karuan.
#15HariNgeblogFF come and join guys! start 12 januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for your comment