Caroline terdiam matanya terpaku dengan pandangan yang tak jauh dari tempatnya duduk. Seorang cowok yang sedang bercanda, tertawa lepas seperti tak punya masalah dengan seorang perempuan yang baru saja ditemuinya. Apa-apaan dia itu, kemarin ngejar-ngear aku dan sekarang malah dengan yang lain. Omelnya dalam hati. Ah, kenapa sih aku ini?! Ingat, Lin. Dia adalah target! Batinnya lagi seraya menggelengkan kepalanya.
“Caroline!!” Panggil Octavian. Caroline lagi-lagi tak menanggapi Octavian. Ia hanya memndanginya dan memblikkan badan seraya pergi dari tempat itu.
“Caroline!!” Panggil Octavian lagi yang kali ini berusaha mengejar Caroline. “Hei, kamu mau kemana?” Tanya Octavian seraya menarik tangan Caroline.
DEG.. Caroline kembali merasakan hal yang aneh. Sekelilingnya lagi-lagi berubah, ia melihat seseorang yang sedang menyiapkan kejutan. Orang itu sangat semangat dan bahkan ia meminta teman-temannya untuk membantunya.
“Caroline!” Panggil Octavian setengah membentak. Ia tau Caroline mengalami hal ini lagi. Hal aneh yang akan membuat Caroline tiba terdiam melamun dan seperti mayat hidup. Pucat dan kosong.
“Apa?” Tanya nya yang sudah bisa mengendalikan diri.
“Kamu mau ke mana?” Tanya Octavian. “Kamu dicariin mereka tuh.” Katanya lagi sambil menunjuk ke arah sekumpulan mahasiswa asing.
Caroline menoleh dan melihat para mahasiswa melambaikan tangan padanya. “Ada tugas yang harus aku selesaikan.”
“Caroline!” Kali ini Octavian benar-benar mebentaknya. “Tugas apa sih yang kamu kerjakan? Ini juga tugasmu menjadi seorang mentor buat mereka. Kita sudah sepakat, kan?! Seharusnya..”
“Kamu! Kamu yang sepakat menjalani tugas ini, tanpa persetujuanku!”
“Apa maksudmu?”
“Salah kamu sendiri tidak mencari partner yang lebih baik. Sejak awal aku tidak pernah mau menjadi mentor mereka. Sejak awal aku sudah menolak tugas ini. Aku tidak pernah dan tidak akan pernah mau berkomunikasi terlalu banyak dengan manusia. Apalagi manusia yang hany memikirkan kesenangan diri mereka sendiri!” Ucap Caroline yang lepas kendali.
“Apa sih maksud kamu aku nggak ngerti?” Tanya Octavian. “Kamu tau, kenapa aku mau jadi mentor mereka? Karna kamu. Kamu tau kenapa aku langsung menerima tugas ini di ruang dosen? Karna aku liat kamu di ruangan itu dan kamu akan menjadi partner kamu. “ Octavian memalingkan wajahnya ke arah lain. “Aku tau kamu nggak suka dengan tugas ini, dan aku sengaja nggak milih mahasiswa lain karna aku cuma mau sama kamu. AKU MAUNYA KAMU TITIK. Aku nggak mau mahasiswi lain karna aku mau lebih kenal kamu lagi.
Caroline diam. Ia tak tau apa yang harus dilakukannya. Jauh di dalam tubuhnya seperti ada yang memberontak dan ingin menyelesaikan tugas utamanya. “Percayalah, semuanya akan sia-sia.” Kata Caroline. Ia berjalan ke arah kelompok mahasiswa yang akan dimentori olehnya.
#15HariNgeblogFF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thanks for your comment